Senin, 02 Januari 2012

anak corat-voret tembok

Seorang ibu mengeluh dinding rumahnya penuh coretan. Mulai dinding kamar tidur sampai ruang tamu habis dicoreti si kecil. Awalnya ia tak terlalu menghiraukan saat si kecil mulai beraksi. Apalagi coretan itu tidak terlalu kentara.
Tapi lama kelamaan, coretan itu semakin jelas, berwarna-warni dan semrawut. Hingga sang suami berseloroh, "Sepertinya wallpaper rumah kita motifnya berganti terus ya, Ma, dari hari ke hari. Kemarin benang kusut. Sekarang tambah lagi ada gambar anak ayam. Besok apa lagi, ya?"
Berikut ini delapan langkah agar si kecil tak suka mencoret-coret tembok, seperti saran Tia Rahmania MPsi, psikolog dari Klinik Kancil Kemang, Jakarta Selatan.
1. Sediakan selalu kertas gambar, papan tulis, pensil warna, krayon. Atau Anda juga bisa melapisi tembok dengan karton putih. Tempatkan   semua peralatan tersebut di suatu pojok/ruang tertentu. Dengan begitu, ia merasa punya privasi bahwa pojok ini miliknya dan ia boleh melakukan apapun yang disenanginya tanpa harus mencoret-coret tembok.
2. Ajak si kecil menggambar di meja, bukan di lantai atau tempat tidur.
3. Anda dapat menggambar bersama-sama si kecil di papan tulis yang tersedia. Lakukan dengan gembira dan ceria, hal ini akan meninggalkan kesan senang sehingga anak setiap kali melihat papan tulis akan selalu senang dan lebih suka mencoret-coret di papan tulis yang ada.
4. Libatkan semua anggota keluarga. Gunakan warna-warna yang ceria untuk menghasilkan bentuk-bentuk. Ini akan menambah semangat anak dalam berkreasi.
5. Menggambar bentuk sambil bercerita. Jadi, tangan Mom bergerak untuk menghasilkan bentuk, mulut Mom pun bergerak untuk menghasilkan cerita yang menarik. Hal ini mendorong anak berimajinasi dan juga percaya diri mengeksplorasi banyak bentuk lain.
6. Jangan lupa untuk memberi pujian bila anak menampilkan karya coretan di papan tulis yang tersedia kendati coretan yang dihasilkan anak tidak sesuai wujudnya dengan tema yang ia katakan.
7. Bila Mom sejak awal melarang anak mencoret dinding, maka hari-hari berikutnya aturan itu harus terus diterapkan. Libatkan semua anggota kelurga untuk hal ini.
8. Jangan sekali-kali menghukumnya secara fisik seperti dipukul. Selain membuatnya merasa sakit secara fisik, juga ia tak tahu apa yang harus dilakukannya karena hukuman belum memberi tahu tentang perilaku apa yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar