Pembinaan Dan Pemupukan Bakat Melukis Bagi
Anak-Anak |
Oleh
Agus Purwantoro |
Pada
umumnya bila kita mengamati lukisan anak-anak, kesan yang ditimbulkan oleh
sesuatu coretan-coretan tidak menentu kadang timbul lucu dan naif, bahwa
coretan-coretan tersebut tidak pernah direncanakan sebelumnya akan tetapi
merupakan akibat yang spontan dari ekspresi yang bebas dan goresan yang polos
dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang selaras dengan kata hatinya.
Kebebasan dan kemurnian yang dimiliki anak-anak sangat dominan baik dalam
coretan, bentuk obyek, warna dan komposisinya, sehingga sering dikatakan
bahwa seni lukis anak-anak merupakan lukisan yang paling murni karena belum
terpengaruh seperti orang dewasa. Dibalik lukisannya itu bila kita perhatikan
secara teliti akan kita dapati nilai-nilai artistik dan estetis bahkan
mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang khas.
Untuk membahas tentang seni lukis anak-anak
sebagai upaya pembinaan dan pemupukan bakat melukis, Rudi Isbandi dalam
bukunya “ Seni Lukis Anak-anak” ada ciri yang mendasari dan mendominasi
dunia anak-anak yaitu :
Dengan adanya ketiga ciri tersebut diatas,
kebahagiaan, kebebasan dan adanya subyek aku pada diri anak-anak, maka
melukis bagi anak-anak merupakan pencerminan pribadinya dan sarana untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya dari kemurnian jiwanya. Melukis
bagi anak-anak merupakan kegembiraan dan kepuasan tersendiri sehingga
tercermin perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak, melalui lukisan anak mulai
menggembleng dirinya untuk percaya pada diri mereka sendiri dan berani
mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka.
Melukis bagi anak-anak merupakan bahasa
untuk berfikir hal ini dapat diamati pada hasil-hasil dan proses
pembuatannya. hasil akhir lukisan anak bukanlah sesuatu yang utama, yang
terpenting adalah bagaimana anak dapat mengungkapkan dirinya sesuai dengan
penghayatan dalam situasi dan keadaan tertentu.
Kepuasan berkarya pada anak-anak
diperolehnya dari hasil keyakinan dirinya yang kemudaian berkembang sebagai
dasar untuk meningkatkan kualitas hasil karyanya.
Kualitas hasil karya anak-anak akan lebih
baik bila mendapatkan pembinaan yang lebih serius dari para pendidik seni
rupa. Pembinaan seni lukis mencakup aspek psikologis yang berkaitan dengan
perkembangan jiwa anak, tidak hanya secara rasional tetapi lebih banyak
secara intuitif unsur perasaan dan emosi anak lebih besar dari
penalarannya.
Perkembangan jiwa anak melalui melukis
dapat menumbuhkan daya kreasi dan fantasi anak dan akan memperkaya imajinasi
dan mengembangkan kreativitas dalam menyalurkan bakat
-bakatnya.
Penciptaan
dan lingkungan
Dalam menciptakan lukisan atau menggambar
biasanya ide muncul lebih dahulu, jadi apa yang hendak digambarkan itu
sebelumnya sudah ada dalam jiwanya yang merupakan pengalaman yang lama maupun
yang baru. Bertambah umur bertambah pula pengalamannya dari apa yang telah
dilihatnya dan fantasi anak yang sedang berkembang, oleh sebab itu anak
melukis apa yang ia ketahui bukan yang akan ia lihat, anak melukis karena
adanya dorongan dalam jiwa untuk menyampaikan perasaan hatinya.
Sumber penciptaan bagi anak-anak pada
dasarnya terdapat dua sumber :
1.
Pengaruh
dari luar
2.
Pengaruh
dari dalam
Pengaruh dari luar, sama sekali terikat dan
bersumber pada alam realitas obyektif, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan
sebagainya dalam bentuk cerita, sejarah atau peristiwa.
Sifat impresif ialah anak yang selalu ingin
melukis alam di luar dirinya.
Pengaruh dari dalam, berisikan pengalaman
bathin yang diperoleh dari pengamatan dan penglihatan sehari-hari berupa
fantasi, dan fantasi bagi anak-anak merupakan kebutuhan yang sesuai dengan
perkembangan pada umumnya terdorong karena keinginan kebebasan.
Sumber penciptaan dalam jiwa itu sendiri
adalah dari pengalaman-pengalaman melihat sesuatu yang dihayati. Jadi yang
diungkapkan adalah perasaan yang meluap-luap dari dalam kalbu lepas dari
ketentuan teknik dan bentuk melainkan bagaimana suasana yang terjadi di dalam
karyanya.
Lingkungan dalam bahasa inggris disebut Environtment, yang
artinya : ac or of
surrounding; all
of the surrounding condition and influences that effect the development of
living thing; a persons character is influenced by his environtment.
sikap, kelakuan dan atau kenyataan dari lingkungan; semua dari kondisi
lingkungan dan yang mempengaruhi mengenai perkembangan dari kehidupan satu
hal; sifat orang-orang adalah dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lingkungan adalah
alam dan masyarakat yang berada di sekitar anak-anak.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap lukisan anak-anak, obyek yang dilukiskannya akan tercermin dalam
lukisan. Demikian pula dalam pengolahan warna seperti semua jalan digambar
hitam, langit biru, rumput hijau, gunung meletus merah. Penggambaran
emosional dari warna sering terlahir dalam karya anak sehingga hasilnya
berbeda dengan obyek yang sebenarnya. Kepekaan anak dalam mengamati
lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya dapat menimbulkan
kreativitas anak yang berbakat, kepekaan anak dan sifat kekanak-kanakan itu
dapat menghasilkan gambar yang khas, unik dan menarik.
Kegiatan Kreatif dan Rekreatif
Dalam tahap pertama anak menggambar dengan
garis dan bentuk dengan bermacam-macam variasi. Sebagai kegiatan kreatif
biasa dilakukan dengan main-main atao coreng-moreng, dan apabila hasilnya
dikatakan bagus mereka akan lebih bersemangat dan ingin mencoba lagi
sampai bagus. Sebaliknya apabila dikatakan jelek maka semangat dan
pertumbuhan kreativitasnya menjadi hilang. Pada lukisan anak-anak yang
kreatif akan terlihat pada garis-garis dan warnanya yang tidak statis,
biasanya dikerjakan dengan spontan.
Berbagai isi lukisan seakan muncul secara
tiba-tiba tanpa direnungkan dan dipikirkan.
Lukisan menjadi indah karena unsur naif
kekanak-kanakan yang masih terlihat, hal semacam ini sering muncul dalam
setiap lomba. Ekspresi memegang peranan penting dalam kegiatan kreatif anak
dari kebebasan inilah muncul jiwa yang kreatif, yang merupakan pencerminan
pribadinya.
Pengungkapan rasa kreativitas dalam
berkarya sangat dipengaruhi oleh ekspresi jiwanya yang merupakan realitas
bentuk kreasi yang sesuai dengan nalurinya.
Anak-anak yang kreatif pada umumnya
menghasilkan karya-karya yang ritmis, bebas dan kaya akan variasi akan
pengalaman yang dialaminya sehingga mempunyai motivasi untuk berkarya secara
kreatif.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling
subur dalam pengembangan kreatifitas yang tidak terikat oleh aturan-aturan
yang ada di masyarakat melahirkan ungkapan yang orisinil.
Disamping kegiatan kreatif bagi
pengembangan bakat anak-anak, bagi anak-anak yang tidak berbakat sekalipun
dapat sebagai kegiatan rekreatif atau hiburan dalam mengisi waktu atau
sekedar main-main dengan media menggambar atau melukis.
Justru dengan kegiatan semacam inilah bagi
anak-anak dapat memberi motivasi atau dorongan dalam belajar, bahkan
menumbuhkan pola berfikir sehingga anak menjadi lebih peka dan cerdas.
Kecendrungan untuk lebih kritis terhadap suatu masalah diperlukan dorongan
baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pertumbuhan dan Ciri Lukisan Anak
Masa pertumbuhan ini sangat besar artinya
bagi anak-anak bagi perkembangan jasmani, rohani maupun intelektualnya.
Anak-anak dalam melukis mengalami pertumbuhan yang makin maju. Pada dasarnya
pertumbuhan anak dan ciri lukisan anak dapat menjadi empat tahap :
1.
Masa
coretan
2.
Masa
bagan
3.
Masa
pengamatan dan pernyataan yang lebih murni
4.
Masa
ingin menggunakan perspektif.
Masa coretan
(kira-kira umur satu sampai tiga tahun).
Sejak kecil anak selalu menggerak-gerak anggota badannya apabila
bergerak dan dapat memegang alat maka mulailah mencoret atau menggores yang
tanpa tujuan apa-apa lama-kelamaan menjadi terarah hal ini disebut masa
coreng mencoreng.
Disamping belajar berbicara, hal ini
merupakan kemampuan yang pertama yang dapat mencapai ke arah menggambar.
Hasil dari coretan itu ialah berupa bintik-bintik atau garis yang bermacam
arah, pada umumnya gambar itu merupakan tanda-tanda seperti diagram, garis
lurus, lengkung, silang, lingkaran, segi empat segitiga dan sifatnya hanya
menyusun atau mengkombinasikan.
Masa bagan
(kira-kira umur empat sampai tujuh tahun).
Perubahan umur ini membawa arah menuju gambar yang lebih terarah, berdasarkan
dari bentuk-bentuk yang telah dikuasainya. Obyek yang digambarkan oleh
anak-anak berbeda karena faktor alam disekitarnya yang mempengaruhi
berbeda-beda. Gambar belum menyerupai bentuk yang sebenarnya, baru berupa
bagan akan tetapi anak itu telah menyebut nama dari gambarnya, berarti telah
mengekspresikan idenya. Keberanian dan kebebasan sangat dominan sehingga
belum mampu menciptakan wujud sesuai dengan kenyataan. Pada masa itu sifat
gambar masih belum obyektif tetapi masih emosional untuk kepuasan diri
sendiri.
Dorongan kebutuhan untuk meniru telah
tampak sejak kecil meniru apa yang ia lihat, dengar dalam permainan peranan.
Dorongan kebutuhan untuk mengulang telah ada sejak kecil sewaktu ia pandai
berjalan atau mengulang sesuatu yang telah diciptakan.
Masa pengamatan dan pernyataan yang
lebih murni
(kira-kira umur tujuh sampai sembilan
tahun). Kecendrungan anak bersifat kritis dan egois
dalam segala perbuatan yang diliputi oleh pemikiran yang serba ingin tahu.
Anak pada masa itu mengalami perkembangan yang luar biasa menggambar dengan
terus terang, ia tidak mau menerima begitu saja. Pada taraf ini mereka sangat
memperhatikan garis dan bentuk yang sangat artistik dan sederhana. dimana
unsur garis lebih kuat untuk menyatakan bentuk garis artistik, dalam
penggunaan warna dilakukan secara spontan menurut kesenangannya sendiri.
Sifat kekanak-kanakan yang khas dan kejujurannya akan tetapi kebebasan
kemampuannya terbatas oleh akalnya.
Masa ingin menggunakan perspektif
(kira-kira umur sepuluh sampai lima belas tahun). Anak
lebih suka kepada kemungkinan-kemungkinan pernyataan real karena perlambangan
intelektualnya, dan dipengaruhi oleh alat ekspresi lain dari pada
menggambar, adalah bahasa. Anak-anak tidak puas dengan gambar anak-anak
seperti dulu, ini cenderung kepada realitas baru (obyektif), ingin melihat
gambar yang sewajarnya mereka sudah terpengaruh oleh kaidah dan norma teknik
atau keindahan-keindahan, gambar obyektif itulah yang baik menurut anggapan
mereka
pada tahap ini gambar tidak datar lagi
walaupun untuk menyatakan ruang kadang-kadang tidak berhasil, tetapi telah dapat
menunjukkan sifat-sifat perspektif.
Dari pertumbuhan anak tersebut dapat
diberikan ciri-ciri lukisan anak-anak bahwa anak-anak melukiskan apa-apa yang
menarik perhatian dan selebihnya seakan-akan tak penting. Adapun bentuk
secara hakiki tak diperhatikan, meskipun pada masa akhir mereka perhatikan,
mereka melukis apa yang mereka ketahui. Kecenderungan untuk mengulang
pekerjaan berkali-kali. Benda-benda akan digambar berdampingan tetapi
memencar, gambar seolah-olah tembus apa yang ada di dalam dilukisnya.
Sifat gambar datar untuk menunjukan dimensi
ketiga dibuatnya dengan meletakan apa yang akan digambar itu agak keatas
Pembinaan
dan Pemupukan
Upaya pembinaan dan pemupukan bakat melukis
anak-anak, bukanlah merupakan tanggung jawab seniman saja akan tetapi
merupakan tanggungjawab semua pihak baik seniman, pendidik, maupun orang tua.
Mengingat pentingnya peranan pembinaan dan pemupukan bakat melukis bagi
perkembangan pada dunia anak-anak. Disekolah-sekolah mulai dari taman
kanak-kanak, sekolah dasar, SLTP dan SLTA, mata pelajaran menggambar atau
melukis, perlu dipupuk agar dapat berkembang disamping kesenangan melukis
sejak kecil supaya tidak hilang atau sia-sia.
Pelajaran menggambar atau melukis perlu
mendapat perhartian yang benar, jangan hanya sebagai mata pelajaran tambahan
saja yang sebenarnya sangat terkait dengan mata pelajaran lainnya. Bagi anak,
fantasi anak yang luas dapat dipergunakan dalam pengajaran sangat
penting artinya adalah untuk mengembangkan bakat ekspresi, perasaan, emosi,
keindahan, kreatifitas dan lain-lain sebagainya. Apabila anak yang memiliki
bakat tertentu tidak mendapatkan bimbingan yang baik untuk menyalurkannya,
kemungkinan akan hilang atau macet, berarti pula kita akan kehilangan
calon-calon seniman. Jadi upaya pembinaan dan pemupukan bakat melukis
adalah untuk menggairahkan dan memajukan kesanggupan anak melukis menurut
jalan yang sewajarnya dengan cara yang lazim dilakukan dan diberikan
kebebasasan sesuai dengan perkembangan dan lingkungan mereka. Pendidikan
bukan hanya mengembangkan kecerdasan otak saja tetapi juga mengembangkan
emosi artistik dan estetis. Selain sebagai media ekspresi untuk menyalurkan
isi hati dan pemupukan perkembangan kemampuan kreatif dan ketajaman perasaan
mengenai keindahan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak-anak.
Selain pendidikan dilakukan di
sekolah-sekolah, perlu diadakan kursus atau penataran untuk guru seni rupa di
sekolah disamping sanggar atau perkumpulan seni atau semacam lomba dan
pameran. Pembinaan dan pemupukan bakat ini perlu dipisahkan antara menggambar
teknis dan menggambar ekspresi, sebab menggambar teknis tujuannya
memperoleh kecakapan teknis menggambar, menguasai alat sedangkan menggambar
ekspresi, tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan teknis yang lebih
mementingkan lahirnya cipta, rasa dan karyanya secara utuh. Pada umumnya
menurut teori yang telah ada bukanlah hasil lukisan tersebut tetapi yang
lebih penting adalah pekerjaannya itu sendiri. Alangkah baiknya apabila
keduanya dapat dipadukan sehingga antara pekerjaan dan hasilnya sehingga anak
mendapatkan kebebasan dalam mencipta.
|
Senin, 14 Mei 2012
Pembinaan Dan Pemupukan Bakat Melukis Bagi Anak-Anak
Selasa, 20 Maret 2012
Rabu, 18 Januari 2012
LUKISAN BUNGA cat acrylic
judul : bunga matahari
ukuran : 40 cm x 40cm
media : acrylic on canvas
judul : dekoratif bunga
ukuran : 40 cm x 40cm
media : acrylic on canvas
judul : anggrek bulan
ukuran : 40 cm x 40cm
media : acrylic on canvas
Selasa, 17 Januari 2012
MENGASAH DENGAN SKETSA
MENGASAH DENGAN SKETSA
Unsur garis merupakan unsur utama dalam penciptaan sketsa, kekuatan garis menjadi sebuah nilai estetis dan kreatif. Pengertian sketsa sendiri adalah suatu denah atau rancangan gambar atau gambar yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah karya seni murni yang utuh yang dapat disejajarkan dengan karya lukis yang penuh warna. Hitam putih atau warna merupakan karya seni yang mewakili ekspresi dan kreativitas dari individu.
Bila mengamati proses pedidikan seni rupa yang berlangsung di lembaga pendidikan, sketsa menjadi sebuah dasar dalam menggambar. Sketsa melatih spontanitas, kepekaan menangkap obyek, kelenturan goresan akan terus terasah dengan sketsa sesuai dengan gaya pribadi masing-masing individu.
Tidak terkecuali pada anak-anak, sering dijumpai anak-anak yang memiliki kemampuan dalam menciptakan gambar (sketsa) dengan ide-ide yang luar biasa dan mereka mewarnai dengan caranya sendiri, karyanya dinamis, goresan menyiratkan nilai seni yang mungkin terabaikan oleh banyak orang karena tidak mengesankan karya yang rapi dan teratur. Seringkali mereka terpinggirkan dalam kancah perlombaan yang menginginkan keteraturan bentuk dan warna. Sehingga perlombaan sering melahirkan karya yang seragam, tidak menyiratkan karya anak-anak yang jujur.
Dengan kemampuan yang sesuai dengan usianya ketika anak lagi asik membuat sketsa seringkali orang tua mencari pembenaran sendiri tentang hasil karya anak. Yang tidak anatomislah, gambarnya tidak masuk akallah, padahal dari kesederhanaan bentuk itu, kreativitas terus berjalan pada sebuah cerita yang akan selalu memperolehnya selalu memperolehnya dari apa yang ada di sekitarnya. Lingkungan rumah, televisi, apa yang pernah dijumpai, tokoh idola atau kemungkinan-kemungkinan yang lain yang terkadang muncul begitu saja. Kesenangan pada sebuah tema (misalnya ultraman) akan melahirkan banyak karya dan sudah pasti dapat melatihnya untuk semakin mahir membuat atau menggambar.
Jangan pernah bosan untuk menggambar sketsa, galilah terus potensi yang ada pada anak kita, beri kesempatan untuk terus berkarya sehingga menjadi pribadi yang mandiri, memili karakter dan kreatif dalam hidup. Sebab hidup ini adalah milik orang yang kreatif dalam menghadapi segala persoalan.
Unsur garis merupakan unsur utama dalam penciptaan sketsa, kekuatan garis menjadi sebuah nilai estetis dan kreatif. Pengertian sketsa sendiri adalah suatu denah atau rancangan gambar atau gambar yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah karya seni murni yang utuh yang dapat disejajarkan dengan karya lukis yang penuh warna. Hitam putih atau warna merupakan karya seni yang mewakili ekspresi dan kreativitas dari individu.
Bila mengamati proses pedidikan seni rupa yang berlangsung di lembaga pendidikan, sketsa menjadi sebuah dasar dalam menggambar. Sketsa melatih spontanitas, kepekaan menangkap obyek, kelenturan goresan akan terus terasah dengan sketsa sesuai dengan gaya pribadi masing-masing individu.
Tidak terkecuali pada anak-anak, sering dijumpai anak-anak yang memiliki kemampuan dalam menciptakan gambar (sketsa) dengan ide-ide yang luar biasa dan mereka mewarnai dengan caranya sendiri, karyanya dinamis, goresan menyiratkan nilai seni yang mungkin terabaikan oleh banyak orang karena tidak mengesankan karya yang rapi dan teratur. Seringkali mereka terpinggirkan dalam kancah perlombaan yang menginginkan keteraturan bentuk dan warna. Sehingga perlombaan sering melahirkan karya yang seragam, tidak menyiratkan karya anak-anak yang jujur.
Dengan kemampuan yang sesuai dengan usianya ketika anak lagi asik membuat sketsa seringkali orang tua mencari pembenaran sendiri tentang hasil karya anak. Yang tidak anatomislah, gambarnya tidak masuk akallah, padahal dari kesederhanaan bentuk itu, kreativitas terus berjalan pada sebuah cerita yang akan selalu memperolehnya selalu memperolehnya dari apa yang ada di sekitarnya. Lingkungan rumah, televisi, apa yang pernah dijumpai, tokoh idola atau kemungkinan-kemungkinan yang lain yang terkadang muncul begitu saja. Kesenangan pada sebuah tema (misalnya ultraman) akan melahirkan banyak karya dan sudah pasti dapat melatihnya untuk semakin mahir membuat atau menggambar.
Jangan pernah bosan untuk menggambar sketsa, galilah terus potensi yang ada pada anak kita, beri kesempatan untuk terus berkarya sehingga menjadi pribadi yang mandiri, memili karakter dan kreatif dalam hidup. Sebab hidup ini adalah milik orang yang kreatif dalam menghadapi segala persoalan.
Senin, 02 Januari 2012
Anak hobi “Corat Coret”?? ya… ini memang sudah sangat wajar. Anak seolah
tidak mau melihat atau perkakas rumah “nganggur” lalu mereka pun
membuat kreasi diatasnya. Wow.. orangtua pasti sangat kesal dibuatnya
karena rumah menjadi kotor dan terkesan berantakan.
Pada dasarnya aktifitas ini berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak. Anak mulai mengembangkan kemampuannya melakukan gerakan yang nantinya mengarah pada kemampuan anak menulis. Anak akan menuangkan kemampuannya atau kreasinya disembarang tempat. Corat-core juga merupakan bentuk kreatifitas yang mengekspresikan perasaan maupun pikirannya.
Solusi yang dapat dilakukan oleh orangtua :
1. Orang tua tidak perlu melarang anak corat coret. Sebab, melarang anak melakukan aksi corat core tersebut justru akan merugikan karena akan menghambat kreativitas, spontanitas dan keberanian anak untuk berekspresi. Disamping itu, corat coret dapat mengasah kemampuan motorik halus anak. Hanya saja, orangtua perlu membatasi, dimana anak boleh corat coret dan dimana saja tidak boleh corat coret. Agar kreatifitas anak dapat tersalurkan, orangtua dapat membeli alat tulis, perlengkapan melukis atau papan tulis, lalu arahkan anak untuk corat coret di media tersebut.
2. Memberikan hadiah atau reward ketika anak menunjukkan sikap tertib mau corat coret pada media yang telah disediakan. Dan jangan lupa memberikan teguran bila anak tetap senang corat coret di tembok
3. Dapat juga dengan melibatkan anak untuk membersihkan sendiri barang atau tempat yang telah dicoret coretinya. Dengan begitu anak akan melihat bagaimana kerja keras orangtua sekaligus merasakan sendiri betapa capeknya jika harus membersihkan sesuatu yang telah dikotorinya.
Pada dasarnya aktifitas ini berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak. Anak mulai mengembangkan kemampuannya melakukan gerakan yang nantinya mengarah pada kemampuan anak menulis. Anak akan menuangkan kemampuannya atau kreasinya disembarang tempat. Corat-core juga merupakan bentuk kreatifitas yang mengekspresikan perasaan maupun pikirannya.
Solusi yang dapat dilakukan oleh orangtua :
1. Orang tua tidak perlu melarang anak corat coret. Sebab, melarang anak melakukan aksi corat core tersebut justru akan merugikan karena akan menghambat kreativitas, spontanitas dan keberanian anak untuk berekspresi. Disamping itu, corat coret dapat mengasah kemampuan motorik halus anak. Hanya saja, orangtua perlu membatasi, dimana anak boleh corat coret dan dimana saja tidak boleh corat coret. Agar kreatifitas anak dapat tersalurkan, orangtua dapat membeli alat tulis, perlengkapan melukis atau papan tulis, lalu arahkan anak untuk corat coret di media tersebut.
2. Memberikan hadiah atau reward ketika anak menunjukkan sikap tertib mau corat coret pada media yang telah disediakan. Dan jangan lupa memberikan teguran bila anak tetap senang corat coret di tembok
3. Dapat juga dengan melibatkan anak untuk membersihkan sendiri barang atau tempat yang telah dicoret coretinya. Dengan begitu anak akan melihat bagaimana kerja keras orangtua sekaligus merasakan sendiri betapa capeknya jika harus membersihkan sesuatu yang telah dikotorinya.
anak corat-voret tembok
Seorang ibu mengeluh dinding rumahnya penuh coretan. Mulai dinding kamar tidur sampai ruang tamu habis dicoreti si kecil. Awalnya ia tak terlalu menghiraukan saat si kecil mulai beraksi. Apalagi coretan itu tidak terlalu kentara.
Tapi lama kelamaan, coretan itu semakin jelas, berwarna-warni dan semrawut. Hingga sang suami berseloroh, "Sepertinya wallpaper rumah kita motifnya berganti terus ya, Ma, dari hari ke hari. Kemarin benang kusut. Sekarang tambah lagi ada gambar anak ayam. Besok apa lagi, ya?"
Berikut ini delapan langkah agar si kecil tak suka mencoret-coret tembok, seperti saran Tia Rahmania MPsi, psikolog dari Klinik Kancil Kemang, Jakarta Selatan.
1. Sediakan selalu kertas gambar, papan tulis, pensil warna, krayon. Atau Anda juga bisa melapisi tembok dengan karton putih. Tempatkan semua peralatan tersebut di suatu pojok/ruang tertentu. Dengan begitu, ia merasa punya privasi bahwa pojok ini miliknya dan ia boleh melakukan apapun yang disenanginya tanpa harus mencoret-coret tembok.
2. Ajak si kecil menggambar di meja, bukan di lantai atau tempat tidur.
3. Anda dapat menggambar bersama-sama si kecil di papan tulis yang tersedia. Lakukan dengan gembira dan ceria, hal ini akan meninggalkan kesan senang sehingga anak setiap kali melihat papan tulis akan selalu senang dan lebih suka mencoret-coret di papan tulis yang ada.
4. Libatkan semua anggota keluarga. Gunakan warna-warna yang ceria untuk menghasilkan bentuk-bentuk. Ini akan menambah semangat anak dalam berkreasi.
5. Menggambar bentuk sambil bercerita. Jadi, tangan Mom bergerak untuk menghasilkan bentuk, mulut Mom pun bergerak untuk menghasilkan cerita yang menarik. Hal ini mendorong anak berimajinasi dan juga percaya diri mengeksplorasi banyak bentuk lain.
6. Jangan lupa untuk memberi pujian bila anak menampilkan karya coretan di papan tulis yang tersedia kendati coretan yang dihasilkan anak tidak sesuai wujudnya dengan tema yang ia katakan.
7. Bila Mom sejak awal melarang anak mencoret dinding, maka hari-hari berikutnya aturan itu harus terus diterapkan. Libatkan semua anggota kelurga untuk hal ini.
8. Jangan sekali-kali menghukumnya secara fisik seperti dipukul. Selain membuatnya merasa sakit secara fisik, juga ia tak tahu apa yang harus dilakukannya karena hukuman belum memberi tahu tentang perilaku apa yang baik.
Tapi lama kelamaan, coretan itu semakin jelas, berwarna-warni dan semrawut. Hingga sang suami berseloroh, "Sepertinya wallpaper rumah kita motifnya berganti terus ya, Ma, dari hari ke hari. Kemarin benang kusut. Sekarang tambah lagi ada gambar anak ayam. Besok apa lagi, ya?"
Berikut ini delapan langkah agar si kecil tak suka mencoret-coret tembok, seperti saran Tia Rahmania MPsi, psikolog dari Klinik Kancil Kemang, Jakarta Selatan.
1. Sediakan selalu kertas gambar, papan tulis, pensil warna, krayon. Atau Anda juga bisa melapisi tembok dengan karton putih. Tempatkan semua peralatan tersebut di suatu pojok/ruang tertentu. Dengan begitu, ia merasa punya privasi bahwa pojok ini miliknya dan ia boleh melakukan apapun yang disenanginya tanpa harus mencoret-coret tembok.
2. Ajak si kecil menggambar di meja, bukan di lantai atau tempat tidur.
3. Anda dapat menggambar bersama-sama si kecil di papan tulis yang tersedia. Lakukan dengan gembira dan ceria, hal ini akan meninggalkan kesan senang sehingga anak setiap kali melihat papan tulis akan selalu senang dan lebih suka mencoret-coret di papan tulis yang ada.
4. Libatkan semua anggota keluarga. Gunakan warna-warna yang ceria untuk menghasilkan bentuk-bentuk. Ini akan menambah semangat anak dalam berkreasi.
5. Menggambar bentuk sambil bercerita. Jadi, tangan Mom bergerak untuk menghasilkan bentuk, mulut Mom pun bergerak untuk menghasilkan cerita yang menarik. Hal ini mendorong anak berimajinasi dan juga percaya diri mengeksplorasi banyak bentuk lain.
6. Jangan lupa untuk memberi pujian bila anak menampilkan karya coretan di papan tulis yang tersedia kendati coretan yang dihasilkan anak tidak sesuai wujudnya dengan tema yang ia katakan.
7. Bila Mom sejak awal melarang anak mencoret dinding, maka hari-hari berikutnya aturan itu harus terus diterapkan. Libatkan semua anggota kelurga untuk hal ini.
8. Jangan sekali-kali menghukumnya secara fisik seperti dipukul. Selain membuatnya merasa sakit secara fisik, juga ia tak tahu apa yang harus dilakukannya karena hukuman belum memberi tahu tentang perilaku apa yang baik.
karya original anak anak
T-shirt Lukis, adalah media penumbuh kreativitas anak, sekaligus penumbuh rasa bangga dan percaya diri anak terhadap hasil kreativitasnya sendiri. Satu set T-shirt Lukis ini terdiri dari 1 kaos (bisa pilih berbagai ukuran). Dilengkapi dengan sket lukisan, Cat anti luntur, palet dan kuasnya. Tinggal pilih kaos dengan sket lukisan sesuai selera, sang anak bisa mewarnai sendiri kaos yang bakal dipakainya. Kualitas pewarnanya terjamin, sehingga tak akan luntur saat dicuci
ini adalah hasil karya-karya anak sanggarlukis diwarnawarni
sebuah karya baik yang dihasilkan dari proses kreatif
selamat mencoba
Minggu, 01 Januari 2012
mengajarkan senirupa pada anak
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga kesempatan yang diberikan akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, usia 3 – 4 tahun, pergelangan tangan sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresan sudah lebih terbentuk.
Tujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak
2. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan biasanya crayon, pencil, cat air, cat minyak.
Dalam pembelajaran melukis biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirri khas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hidup mereka sendiri. Anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide.
3. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Mereka merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat peka pada dunia sekitar mereka.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga kesempatan yang diberikan akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, usia 3 – 4 tahun, pergelangan tangan sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresan sudah lebih terbentuk.
Tujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak
2. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan biasanya crayon, pencil, cat air, cat minyak.
Dalam pembelajaran melukis biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirri khas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hidup mereka sendiri. Anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide.
3. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Mereka merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat peka pada dunia sekitar mereka.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Add caption |
Langganan:
Postingan (Atom)